The Soda Pop
. | . | .

Konsultasi Islam

Mengatasi Masalah dengan Syariah

  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Konsultan Ahli
  • Buku Tamu
  • Hubungi Kami
  • Kirim Pertanyaan
  • Kategori

    • Aqidah (44)
    • Dakwah (50)
      • Harakah (23)
    • Doa (9)
    • Ekonomi (193)
      • Bisnis (7)
    • Hadis (11)
    • Ibadah (116)
    • Ijtimai (183)
      • Keluarga (58)
      • Pakaian-Penampilan (35)
      • Pergaulan Pria-Wanita (32)
      • Pernikahan dan Seks (61)
    • Kesehatan (27)
    • Makanan (19)
    • Motivasi (1)
    • Pendidikan (11)
    • Politik (160)
    • Psikologi (3)
    • Sanksi dan Hukum (39)
    • Sejarah (5)
    • Seni dan Budaya (16)
    • Tafsir (2)
    • Teknologi (17)
    • Umum (51)
      • Dari Kami (14)
    • Ushul Fikh (11)
    • Wanita (17)
  • Tulisan Favorit

    • Hukum Menyanyi dan Musik dalam Fiqih Islam
    • APAKAH BUNGA BANK TERMASUK RIBA?
    • Hukum Melihat Video Porno
    • WALI TIDAK MAU MENIKAHKAN, BOLEHKAH NIKAH DENGAN WALI HAKIM?
    • Hukum Menjatuhkan Talak dalam Keadaan Marah
    • Hukum Jual Beli Emas secara Kredit
    • Kirim Pertanyaan
    • Batas Akhir Waktu Sahur
    • Hukum Menggambar Makhluk Bernyawa
    • Aborsi dalam Pandangan Hukum Islam
  • Komentar Terbaru

    Deni di BAGAIMANA CARA MEMULAI BI…
    elis winarko di Hukum Menjatuhkan Talak dalam…
    Nana di Hukum Mengganti Nama
    Deni Hermawan di SEPUTAR ZAKAT MAL DAN ZAKAT…
    yazeed di Hukum Menjadi TKW di Luar…
    Asyifa di Hukum Menggambar Makhluk …
    umi rasyid di Bila Keuangan Keluarga Te…
    Abnk di Membeli Barang Curian
    Firmansyah di Melupakan Masa Lalu
    Ryniwidyawati31 di BERHUTANG PADA CALON ISTRI UNT…
  • Arsip

    • November 2016
    • Oktober 2016
    • September 2016
    • Agustus 2016
    • Juni 2016
    • Mei 2016
    • April 2016
    • Maret 2016
    • Februari 2016
    • Januari 2016
    • Desember 2015
    • November 2015
    • Oktober 2015
    • September 2015
    • Agustus 2015
    • Juli 2015
    • Juni 2015
    • Mei 2015
    • April 2015
    • Maret 2015
    • Februari 2015
    • Januari 2015
    • Desember 2014
    • November 2014
    • Oktober 2014
    • September 2014
    • Agustus 2014
    • Juli 2014
    • Juni 2014
    • Mei 2014
    • April 2014
    • Maret 2014
    • Februari 2014
    • Januari 2014
    • Desember 2013
    • November 2013
    • Oktober 2013
    • September 2013
    • Agustus 2013
    • Juli 2013
    • Juni 2013
    • Mei 2013
    • April 2013
    • Maret 2013
    • Februari 2013
    • Januari 2013
    • Desember 2012
    • November 2012
    • Oktober 2012
    • September 2012
    • Agustus 2012
    • Juli 2012
    • Juni 2012
    • Mei 2012
    • April 2012
    • Maret 2012
    • Februari 2012
    • Januari 2012
    • Desember 2011
    • November 2011
    • Oktober 2011
    • September 2011
    • Agustus 2011
    • Juli 2011
    • Juni 2011
    • Mei 2011
    • April 2011
    • Maret 2011
    • Februari 2011
    • Januari 2011
    • Desember 2010
    • November 2010
    • Oktober 2010
    • September 2010
    • Agustus 2010
    • Juli 2010
    • Juni 2010
    • Mei 2010
    • April 2010
    • Maret 2010
    • Februari 2010
    • Januari 2010
    • Desember 2009
    • November 2009
    • Oktober 2009
    • September 2009
    • Agustus 2009
    • Juli 2009
    • Juni 2009
    • Mei 2009
    • April 2009
    • Maret 2009
    • Februari 2009
    • Januari 2009
    • Desember 2008
    • November 2008
    • Oktober 2008
    • September 2008
    • Agustus 2008
    • Juli 2008
    • Mei 2008
    • April 2008
    • Maret 2008
    • Februari 2008
    • Januari 2008
    • Desember 2007
    • November 2007
    • Oktober 2007
    • September 2007
    • Agustus 2007
    • Juli 2007
    • Juni 2007
    • Mei 2007
    • April 2007
    • Maret 2007
    • Februari 2007
    • Januari 2007
    • November 2006
    • Agustus 2005
  • Hubungi Kami

    Add Friend
  • Anda pengunjung ke-

    • 5,264,524 Tetaplah Bersama Kami
  • Online Saat Ini

    Free hit counters
  • Checkpagerank.net
  • Dakwah

    • Rumahku Surgaku
    • Syariah Publications
  • Link Teknologi

    • Hardisk Gratis
    • Satu Langit IT Shop
  • Pengelola Blog Ini

    Farid Ma'ruf

    Buat Lencana Anda
  • Teknologi

    Pakar Teknologi

    Buat Lencana Anda
  • Follow me on Twitter

    Twit Saya
« Benarkah Mesir Menjadi Negara Islam dengan RUUD Mesir Terbaru ?
Hukum Rujuk dan Iddah Dalam Kasus Khulu’ (Gugat Cerai) »

Menjamak Sholat karena Hujan

Posted by Farid Ma'ruf pada 24 Desember 2012

Tanya :

Ustadz, mohon dijelaskan hukum sholat jamak karena hujan. (Muammar Ali, Yogya)

Jawab :

Para ulama berbeda pendapat mengenai boleh tidaknya menjamak sholat karena hujan. Menurut ulama Hanafiyah sholat jamak secara umum tidak boleh, termasuk sholat jamak karena hujan. Karena menurut ulama Hanafiyyah waktu-waktu sholat (mawaqit as sholah) telah ditetapkan berdasarkan Hadits Mutawatir, sehingga waktu-waktu shalat tidak boleh ditinggalkan dengan dalil-dalil takhsis (pengecualian) yang hanya berupa Hadits Ahad. Ulama Hanafiyyah hanya membolehkan sholat jamak dalam satu keadaan saja, yaitu sholat jamak taqdim antara Zhuhur dan Ashar khusus bagi jamaah haji pada hari Arafah, dan sholat jamak ta`khir antara Maghrib dan Isya khusus bagi jamaah haji pada malam Muzdalifah. Mereka berhujjah dengan hadits Ash Shahihain, bahwa Ibu Mas’ud RA berkata :

 

«والذي لا إله غيره، ما صلى رسول الله صلّى الله عليه وسلم صلاة قط إلا لوقتها، إلا صلاتين، جمع بين الظهر والعصر بعرفة، وبين المغرب والعشاء بجَمْع» أي بالمزدلفة.

 

”Demi [Dzat] yang tak ada tuhan selainnya, tidaklah pernah Rasulullah SAW sholat kecuali pada waktunya, kecuali dua sholat saja (yang dikerjakan diluar waktunya), yaitu jamak Zhuhur dan Ashar di Arafah, dan jamak Maghrib dan Isya’ di Jama’” (yaitu maksudnya di Muzdalifah).”  (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu,  2/503).

 

Sedangkan jumhur ulama, yaitu ulama Malikiyyah, Syafi’iyyah, dan Hanabilah membolehkan menjamak sholat karena hujan berdasarkan hadits-hadits sahih. Namun jumhur ulama berbeda pendapat dalam cabang-cabang hukum masalah ini. Ulama Syafi’iyyah membolehkan menjamak sholat zhuhur dan ashar, juga sholat maghrib dan isya`. Adapun ulama Malikiyyah dan Hanabilah, hanya membolehkan menjamak sholat zhuhur dan ashar saja, tidak membolehkan menjamak sholat maghrib dan isya’. Dari segi jamak takdim dan jamak ta`khir, ulama Malikiyyah dan Syafi’iyyah membolehkan jamak taqdim saja, tidak membolehkan jamak ta`khir. Sedang ulama Hanabilah membolehkan jamak takdim dan juga jamak ta`khir. (Qadhi Shafad, Rahmatul Ummah fi Ikhtilaf Al A`immah, hlm. 56-57, Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, Juz 15 hlm. 289-290; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, 2/505).

 

Menurut ulama Malikiyyah dan Syafi’iyyah, juga menurut satu pendapat di kalangan ulama Hanabilah,  kebolehan menjamak sholat karena hujan hanya khusus bagi mereka yang sholat jamaah di masjid. Jadi tidak boleh menjamak sholat bagi mereka yang sholat sendirian (munfarid) atau sholat jamaah di rumah. Sedang menurut pendapat yang lebih rajih (al arjah) di kalangan ulama Hanabilah, menjamak sholat karena hujan secara umum boleh bagi mereka baik yang sholat jamaah di masjid maupun yang sholat sendirian di rumah. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, Juz 15 hlm. 291).

 

Setelah mengkaji dalil-dalilnya, menurut kami, yang rajih adalah pendapat jumhur ulama yang membolehkan menjamak sholat karena hujan. Dalilnya antara lain hadits Ash Shahihain dari Ibnu Abbas RA bahwasanya :

 

صلى بنا رسول الله صلّى الله عليه وسلم بالمدينة الظهر والعصر جميعاً، والمغرب والعشاء جميعاً » زاد مسلم «من غير خوف ولا سفر»

 

“Rasululullah SAW telah mengimami sholat bersama kami di Madinah menjamak sholat Zhuhur dan Ashar semuanya, dan sholat Maghrib dan Isya semuanya.” Imam Muslim menambahkan,”(sholat jamak itu dilakukan) tanpa alasan adanya ketakutan atau alasan dalam perjalanan.” (HR Bukhari & Muslim)

 

Imam Malik dan Imam Syafi’i mensyarah hadits di atas dengan mengatakan,”Saya melihat sholat jamak tersebut dilakukan Nabi SAW karena adanya udzur (keringanan) berupa hujan.” (araa dzaalika bi ‘udzril mathar). (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, Juz 15 hlm. 290).

 

Adapun pendapat ulama Hanafiyah yang tak membolehkan sholat jamak karena hujan dengan alasan Hadits Ahad tak boleh mengecualikan Hadits Mutawatir, tidak dapat diterima. Karena Hadits Ahad sesungguhnya boleh mengecualikan Hadits Mutawatir, sebab hadits adalah sumber hukum (dalil syar’i), baik Hadits Mutawatir maupun Hadits Ahad. Dengan kata lain, kebolehan Hadits Ahad mentakhsis Hadits Mutawatir, dikarenakan kedua jenis hadits tersebut sama-sama merupakan wahyu Allah walaupun hanya wahyu dari segi makna. (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, 2/503; Taqiyuddin An Nabhani, As Syakhshiyyah Al Islamiyyah, Juz 3 hlm. 259; Wahbah Zuhaili, Ushul Al Fiqh Al Islami, juz I hlm. 252).

 

Hadits Ibnu Mas’ud RA yang menafikan adanya sholat jamak oleh Nabi SAW kecuali di Arafah dan Muzdalifah, tidak dapat diamalkan karena ia hadits yang marjuuh (lemah secara tarjih). Sebab hadits Ibnu Mas’ud RA itu bertentangan dengan hadits Ibnu Abbas RA yang menetapkan Nabi SAW melakukan sholat jamak di Madinah (di luar Arafah dan Muzdalifah). Hadits Ibnu Abbas RA ini dianggap lebih rajih (kuat) daripada hadits Ibnu Mas’ud RA, berdasarkan kaidah tarjih menurut jumhur ulama yang berbunyi : al daliil al mutsbit murajjah min ad daliil an naafi (dalil yang menetapkan adanya sesuatu, lebih kuat daripada dalil yang menafikan adanya sesuatu). (Taqiyuddin An Nabhani, As Syakhshiyyah Al Islamiyyah, Juz 3 hlm. 494; Wahbah Zuhaili, Ushul Al Fiqh Al Islami, juz 2 hlm. 1197).

 

Adapun dari segi sholat apa saja yang boleh dijamak, dari segi jamak taqdim dan jamak ta`khir, juga dari segi apakah harus dilakukan secara berjamaah di masjid, kami cenderung kepada pendapat Imam Taqiyuddin An Nabhani yang mengatakan sholat jamak karena hujan dibolehkan secara mutlak. Artinya, boleh dilakukan untuk menjamak sholat zhuhur dan ashar, juga sholat maghrib dan isya`, boleh dilakukan secara jamak takdim atau juga jamak ta`khir, dan secara umum boleh bagi mereka baik yang sholat jamaah di masjid maupun yang sholat sendirian di rumah. (Ali Raghib, Ahkamus Sholah, hlm. 41; Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Al Jami’ li Ahkamis Sholah, 2/343).

 

Kemutlakan hukum tersebut disimpulkan berdasarkan dalil-dalil yang mutlak pula, sesuai kaidah ushuliyah yang berbunyi : al muthlaqu yajriy ‘alaa ithlaaqihi maa lam yarid daliilun yadullu ‘ala at taqyiid. (dalil yang mutlak tetap dalam kemutlakannya, selama tidak terdapat dalil yang menunjukkan batasan). (Wahbah Zuhaili, Ushul Al Fiqh Al Islami, Juz 1 hlm. 208).

 

Dalil-dalil hadits yang mutlak tersebut, hanya menyebut satu sebab saja untuk bolehnya menjamak sholat karena hujan, yaitu hujan, tanpa menyebut kesulitan (masyaqqah) sebagai sebab bolehnya sholat jamak karena hujan. (Ali Raghib, Ahkamus Sholah, hlm. 40-41; Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Al Jami’ li Ahkamis Sholah, 2/343).

 

Imam Taqiyuddin An Nabhani juga mengatakan bahwa tidak disyaratkan hujan sedang turun pada saat takbiratul ihram, tapi disyaratkan waktu sholat itu adalah waktu hujan turun (yauma mathiirin), misalnya sedang mendung. Dalilnya adalah hadits Jabir bin Zaid RA berikut ini :

 

عن جابر بن زيد عن ابن عباس: «أن النبي صلى بالمدينة سبعاً وثمانياً الظهر والعصر والمغرب والعشاء فقال أيوب لعله في ليلة مطيرة قال عسى» رواه البخاري

 

Dari Jabir bin Zaid dari Ibnu Abbas,”Bahwasanya Nabi SAW sholat di Madinah sebanyak tujuh dan delapan rakaat, menjamak Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya.’ Maka berkatalah Ayyub [kepada Jabir] jamak yang dilakukan Nabi SAW mungkin dalam malam berhujan (lailatin mathiiratin). Jabir menjawab,”Bisa jadi.” (HR Bukhari).

 

Imam Taqiyuddin An Nabhani menjelaskan kata malam berhujan (lailatin mathiiratin) dalam hadits tersebut dengan berkata,“Yang dimaksud dengan kata lailatin mathiiratin adalah bahwa waktunya adalah waktu hujan, bukan berarti hujan sedang turun pada saat takbiratul ihram.” (Ali Raghib, Ahkamus Sholah, hlm. 40-41).

 

Kesimpulannya, sholat jamak karena hujan boleh secara mutlak. Maksudnya, boleh untuk menjamak sholat zhuhur dan ashar, juga sholat maghrib dan isya`, boleh dilakukan secara jamak takdim atau jamak ta`khir, dan boleh pula dilakukan baik berjamaah di masjid maupun sendirian di rumah. Wallahu a’lam. (www.konsultasi.wordpress.com)

Yogyakarta, 24 Desember 2012

Muhammad Shiddiq Al Jawi

Sumber :    https://www.facebook.com/notes/m-shiddiq-al-jawi/menjamak-sholat-karena-hujan/10151579257668572

Beri peringkat:

Bagikan kepad teman:

  • Reddit

Sukai ini:

Suka Memuat...

Terkait

This entry was posted on 24 Desember 2012 pada 3:38 am and is filed under Ibadah. Dengan kaitkata: jamak hujan, sholat jamak. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, atau trackback from your own site.

Satu Tanggapan to “Menjamak Sholat karena Hujan”

  1. muhammad sucipto said

    29 November 2014 pada 12:33 pm

    trims uraiannya semoga benar dan mencerahkan……..
    —- jamaah ing mushola dusunku ya ana werna loro alias pro kontra menawa udan njamak salat
    ——-wong ulama wae beda penemu, opo maneh wong awam agama,kaya awak e dhewe, mula ora sah kenceng-kenceng
    ———AYO SALING MENGHORMATI SEMUA ADA DASARNYA
    ————-OJO GAMPANG NESU….ngono lho …… hehe, jzkllh Pak Ustadz

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. ( Logout / Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. ( Logout / Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. ( Logout / Ubah )

Foto Google+

You are commenting using your Google+ account. ( Logout / Ubah )

Batal

Connecting to %s

« Benarkah Mesir Menjadi Negara Islam dengan RUUD Mesir Terbaru ?
Hukum Rujuk dan Iddah Dalam Kasus Khulu’ (Gugat Cerai) »
 
Blog di WordPress.com.
%d blogger menyukai ini:
    Kedaung © 2017 xtgem.com
    xtgem
    Log in